Selasa, 16 Desember 2014

DKM, Menuju Metro yang lebih Bermartabat dan Berbudaya



Dewan Kesenian Metro

Oleh Alexander GB

Dewan Kesenian Metro (DKM) adalah
sebuah lembaga yang menaungi kesenian dan para senimand kota Metro. Lembaga yang menjadi wadah perjuangan dan berhimpunnya para seniman dari berbagai disiplin seni yang ada di Kota Metro. DKM resmi dikukuhkan pada tanggal 23 Agustus 2003.

DKM berdiri karena kegelisahan sejumlah orang akan nasib seniman dan geliat seni di Metro yang masih sporadis saat itu. Setelah melalui sejumlah diskusi dan perbincangan, akhirnya disepakati untuk membuat lembaga ini. Pertimbangannya saat itu sederhana, bahwa  sudah selayaknya seniman atau pelaku seni di metro yang masih tercerai berai itu dihiimpun, diayomi, dibina dan diberi ruang untuk berkarya dan berkreativitas dalam memperjuangkan karya dan gagasannya yang pada akhirnya akan membawa harus nama Metro, baik di lingkup provinsi, nasional, maupun internasional .

Lembaga ini pertama kali digagas pada 1 Januari 2003, diinisiasi oleh Rifian Al Chepy, Tato Gunarto, Syamsul Arifin, Sugenk Haryono dan Sigit Rahmanto, Mustaan Basran (lampost) dan Anthoni Marzuki. Pertemuan tersebut bertempat di kediaman Sigit Rahmanto. Dan pada tanggal 23 Agustus 2003, barulah dikukuhkan. Pengukuhan DKM dihadiri oleh oleh Walikota Metro Mozes Herman dan para pengurus Dewan Kesenian Lampung (DKL).
Keberadaan DKM dipercaya akan mempercepat proses pembinaan dan pengembangan seni dan budaya, tidak hanya melalui kegiatan-kegiatan berkesenian akan tetapi juga melalui kegiatan-kegiatan penalaran, penelusuran minat dan momentum-momentum seni dan budaya yang ada di Metro. 

Hal ini sejalan dengan tujuan DKM  bersama seniman dan masyarakat Metro untuk menggali, melestarikan, mengembangkan, dan memajukan seni budaya serta menyalurkan aspirasi dan kreativitas seni yang ada di kota Metro. DKM berharap bisa menampung jenis kesenian yang ada di kota Metro, mendukung setiap aktivitas seni, berperan dalam pngembangan wawasan dan kreativitas seniman, serta membina jaringan dengan organisasi – organisasi kesenian yan ada di dalam dan luar Kota Metro.
 

Hingga saat ini DKM telah banyak melakukan sejumlah kegiatan seperti workshop-workshop atau pelatihan.  Mulai dari worshop tari. tetaer, penulisan puisi, photografi, penerbitan antologi puisi dan serasehan sastra atau tetaer, dan  beberapa kali namun setiap tahun sudah mulai rutin mengelar pameran seni rupa di Metro. Ini memang skala prioritas DKM yang sejak awal berdiri memang lebih banyak mengkonsentrasikan kegiatan pada peningkatan Sumberdaya Manusia (SDM) atau  pekerja seninya. Seperti seniman, guru,  mahasiswa dan pelajar.

Tantangan di awal berdirinya DKM sangat besar, khususnya untuk mengajak para pelaku seni berorganisasi dan mengadvokasi kebijakan seni di Metro. Waktu itu, persoalannya dulu memang seperti berangkat dari ruang kosong. Hampir tidak ada organisasi besar kesenian yang eksis pada waktu itu. Bahkan tidak ada perguruan tinggi yang memiliki kultur berorganisasi seni yang kuat di kampusnya.

Fakta-fakta atau realitas tersebutlah yang akhirnya menjadi program awal ketika DKM baru berdiri, kami lebih banyak memperkuat basis organisasi seni di kampus, seperti di STAIN dan UM Metro, terutama untuk sastra dan tetaer. Lalu terbentuklah Teater UKM IMPAS di STAIN, dan Teater Mentari di Universitas Muhammadyah Metro.

Peningkatan sumberdaya manusia atau pelaku seni yang menjadi fokus kegiatan DKM di awal-awal  berdirinya memang fase-fase yang susah dan menantang.  Sudah tak terhitung jumlah workshop atau pelatihan yang telah DKM laksanakan.

Misalnya workshop untuk seni rupa kontemporer, setelah workshop kami gelar pameran, setelah pameran kita juga sering mengadakan dialog dan sarasehan sampai sekarang.  Hasilnya untuk bidang ini sudah mulai muncul. Sejumlah perupa kita dikancah nasional, tapi memang faktornya juga karena para pelukis lebih banyak berdomisili di ibu kota.  Kita cukup bangga dengan prestasi yang mulai ditorehkan beberapa pelukis metro. Karya mereka sudah menembus Galeri Nasional dan galeri-galeri lain di luar Lampung. Sebut saja misalnya Firmansyah, ibu Bernas Wahyu Widiarti, Edy Purwantoro Rusmedi Jamaludin, Johni Putra, Mukhsin dan lain-lain.

DKM masih terus mengadvokasi kebijakan-kebijakan Pemerintah Daerah (Pemda) agar terus mengayomi para seniman untuk berkarya, kita juga mendorong Pemda agar memilki sarana agar seniman bisa mengekpresikan karya untuk pentas, misal saja gedung teater terbuka dan gedung teater tertutup, atau setidaknya metro memiliki gedung pertunjukan yang memnuhi standar.

DKM juga mendorong pelaku seni di Metro jangan melupakan tradisinya. Kalau kita mau konsisten dengan guine local dalam konteks budaya di Lampung, maka jawabnya pasti budaya suku lampung. DKM pernah mendorong agar di kota metro diadakan festival budaya setiap tahun, dulu namanya Festival Kota Metro, lalu seiring berjalannya waktu kami mendorong untuk menjadi Festival Putri Nuban dengan menjadikan budaya lampung sebagai core utamanya dan berdampingan dengan suku-suku lain yang ada di kota Metro seperti, Jawa, Padang, Bali, Sumsel, Tinghoa, Batak, Jabar dan lain-lain. Dan sekarang sudah mulai berjalan di tahun ke dua

Festival Putri Nuban (FPN) memang DKM yang membuat konsepnya, dan mudah-mudahan akan terus kita evaluasi dan perbaiki mutunya.  Kenapa kita sarankan menamainya FPN, ya kalau kita buka sejarah tanah di metro ini awalnya adalah ulayat Marga Nuban, jadi wajar saja kalau masyarakat Metro mengapresiasi dan melestarikan budaya Si Pemberi Tanah. Ini penting sekali dalam perjalanan Metro di kemudian hari, bagaimana masyarakat secara bersama-sama menjaga dan melestarikan dan mengingat aspek historisnya. Sejarah ini juga membawa pesan kepada pelestarian budaya Lampung, dan kita sudah meminta restu dengan tokoh-tokoh adat dalam acara adat pada Festival PN di tahun pertama dan mereka mengapresiasi dan memberi restu itu dalam bentuk penyerahan mandat untuk mengembangkan budaya Buay Nuban di kota Metro

DKM terbagi dalam komite-komite:  seperti Komite Musik, Seni Rupa, Film, Teater dan Sastra, Tradisi, Radio Komunitas, Litbang dan lain sebagainya. Melalui komite-komite usulan dan kegiatan DKM diberlangsungkan dari tahun ke tahun.

alamat: Jl.Tawes No.13 Yosodadi Metro Timur, Kota Metro. 34111
            dkm_metro@yahoo.com, www.dkmmetro.wordpress.com

0 on: "DKM, Menuju Metro yang lebih Bermartabat dan Berbudaya "