Rabu, 18 Februari 2015

Database Sastrawan Lampung (Bag 1)

Agit Yogi Subandi
Agit Yogi Subandi, lahir di Prabumulih (Sumatera Selatan), 11 Juli 1985.Lulusan Fakultas Hukum Universitas Lampung. semasa kuliah ia aktif bergiat di Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung. kini ia giat belajar tentang kesadaran di Komunitas Berkat Yakin. Puisi-puisinya pernah dimuat di media nasional maupun lokal. Buku kumpulan puisi pertamanya, diterbitkan Komite Sastra Dewan Kesenian Lampung, yang berjudul "Sebait Pantun Bujang", Desember 2010, buku ini masuk dalam longlist khatulistiwa award 2011.

Sejumlah prestasi yang pernah ditorehkannya: tahun 2005 Juara II Cipta Puisi pada Pekan Seni Mahasiswa Fakultas Pertanian (FAPERTA); 2008, Juara I Lomba Cipta dan Baca Puisi Parade Lampung Islamic Science, UKMF ROIS FMIPA Unila; 2008, Juara I Cipta Puisi di Pekan Chairil Anwar HMJ PBS FKIP Unila, 2008, Juara I Cipta Puisi Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas) IX di Jambi. 2009, juara II Lomba Menulis dan Membaca Puisi (GP. Anshor Provinsi Lampung;2009, Juara II Krakatau Award 2009 Se-Indonesia yang diadakan Dewan Kesenian Lampung.

KARYA-KARYA: Karya-karyanya juga dimuat diberbagai Media seperti: Lampung Post, Koran Kompas, Koran Tempo, Majalah Jung Dewan Kesenian Lampung, dan Suara Pembaharuan. Pernah diundang oleh Dinas Pariwisata Jawa Barat pada acara Temu Sastrawan Muda Praja Utama (MPU) III, Lembang, Jawa Barat, 2008 dan karyanya disusun di dalam Antologi Sastrawan MPU III tersebut. Diundang pada Pertemuan Penyair Nusantara V di Palembang, 2011. Diundang pada Temu Sastrawan Indonesia IV di Ternate, 2011. Buku Kumpulan puisi Berjudul "Sebait Pantun Bujang" (Dewan Kesenian Lampung, 2011).  Terakhir, diundang MPU JOGJA 2012. Selain menulis puisi, dia juga terlibat sebagai aktor atau pemusik pada beberapa pertunjukan teater KoBER.

Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Yulden Erwin, lahir di Tanjungkarang, 15 Juli 1972. Ia aktif menulis puisi dan prosa sejak 1987. Menyelesai­kan pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Lampung tahun 1997. Beberapa puisinya pernah diterbitkan dalam an­tologi bersama penyair daerah dan nasional. Tahun 1995, menjadi juara I dalam Lomba Cipta Puisi pada Pekan Seni Mahasiswa Nasional ke-3 di Jakarta. Tahun 2006, puisinya “Hikayat Fansuri” meraih penghargaan 15 besar dalam lomba cipta puisi tingkat nasional yang diadakan Direktorat Kes­enian. tahun 1995 mengikuti Refleksi Setengah Abad Indonesia di Solo, Mimbar Penyair Abad 21 yang diadakan Dewan Kes­enian Jakarta tahun 1996, dan sebagainya. Sejak tahun 1999 cuti memublikasikan karya-karyanya dan lebih aktif di gera­kan sosial antikorupsi. Beberapa tahun belakangan kembali menekuni sastra. Buku kumpulan puisi terbarunya berjudul Perawi Tanpa Rumah, 2014. Buku tersebut terpilih sebagai salah satu buku pilihan Tempo 2014.

Achmad Rich

Dilahirkan di gang Kancil, Cikini, Jakarta, pada 6 April 1956. Achmad Rich bukanlah nama yang diberikan orang tuanya ketika ia lahir, melainkan Achmad Khairil.

Pada beberapa buku, nama Achmad Rich banyak mengalami kesalahan penulisan ejaan, seperti dalam buku Nyanyian Tanah Putih, Memetik Puisi dari Udara, dan buletin Asah Asih Asuh. Pada buku itu tertulis A. Chairil, seharusnya ejaan yang benar adalah A. Khairil, menggunakan Kh bukan Ch. Namun, seiring dengan perkembangan jiwa dan kedewasaannya, ia lebih memilih nama Achmad Rich daripada nama aslinya ketika mengirimkan karyanya untuk dimuat di media massa. Menurut teman-temannya sesama sastrawan, ia lebih memilih nama tersebut karena tidak ingin dianggap menumpang popularitas maestro penyair Indonesia, Chairil Anwar.

Selain nama A. Khairil dan Ahmad Rich, masih ada satu nama yang masih yang tetap menempel sejak kecil hingga ia beranjak dewasa, yaitu Boce. Karena postur tubuhnya yang paling kecil di antara saudara-saudaranya itulah ia dipanggil Bocah Kecil (Boce). Dengan demikian, ia menyandang dua nama yang terus melekat padanya, yaitu Achmad Rich yang dikenal kalangan sastrawan dan Boce yang dikenal oleh teman-teman sepermainannya semenjak kecil.
Karya-karya Achmad Rich, baik esai, artikel maupun puisi bertebaran di media massa Lampung dan media massa di luar Lampung, antara lain: harian Minggu Merdeka, Simponi, Swadesi, Media Indonesia, Berita Buana, Singgalang, Eksponen, Berita Minggu, dan Film. Beberapa buku yang sempat mendokumentasikan puisi-puisi Achmad Rich adalah (1) Nyanyian Tanah Putih, antologi puisi bersama tiga sastrawan Lampung, yaitu Isbedy Stiawan ZS, Asaroeddin Malik Zulqarnain, dan Syaiful Irba Tanpaka; (2) Memetik Puisi dari Udara, kumpulan puisi yang diluncurkan oleh Radio Suara Bhakti Bandarlampung; dan (3) Puisi Indonesia ’87, sebuah antologi puisi bersama bertaraf nasional diterbitkan oleh Dewan Kesenian Jakarta.

Buku antologi Puisi Indonesia ’87 sekaligus menjadi monumen bersejarah bagi putra Lampung dan pentasbihan Achmad Rich sebagai sastrawan Indonesia. Setidaknya, undangan DKJ (Dewan Kesenian Jakarta) untuk Achmad Rich agar hadir di Teater Arena TIM pada 3—5 September 1987 merupakan sebuah penghargaan tersendiri yang sangat berarti bagi Achmad Rich secara pribadi dan sastrawan Lampung pada umumnya. Achmad Rich tidak hanya membacakan puisi, tetapi ia juga didaulat untuk menyajikan esainya di hadapan tamu undangan. Forum ini dihadiri oleh 26 sastrawan dari 26 wilayah provinsi di Indonesia. Bandarlampung diwakili oleh dua orang sastrawan, yaitu Achmad Rich dan Sugandhi Putra.

Sampai saat ini, nama Achmad Rich sebagai sastrawan Lampung masih terukir dengan baik. Ia meninggalkan dua buah puisi terbaiknya yang banyak diminati pencinta puisi Lampung, yaitu “Matahari” dan “Anak Nakal Kesayangan Tuhan” (hanya saja, puisi yang terakhir hilang dan tak sempat didokumentasikan).

Semasa hidup, Achmad Rich telah melahirkan beberapa karya, berikut ini di antaranya.

1) Penyair di Negeri Tak Bertuan, Buletin Simbah Sastra tahun 1984,
2) Catatan, Buletin Simbah Sastra,
3) Nyanyian Tanah Putih: Antologi Puisi Penyair Muda Lampung, Sanggar Sastra CIA, 1984,
4) Memetik Puisi dari Udara (kumpulan puisi yang direkam Radio Suara Bhakti Bandarlampung), Radio Suara Bakti, 1987, dan
5) Puisi Indonesia 87, Dewan Kesenian Jakarta, 1987

Sumber:
Agus Sri Danardana dkk. 2008. Ensiklopedia Sastra Lampung. Bandarlampung: Kantor Bahasa Provinsi Lampung. Hlm. 1-5. Diposkan 1st December 2008 oleh Tokoh Lampung

Alexander GB
Alexander GB, lahir di Ulubelu, 25 September 1980. aktif di bidang teater dan sastra di Komuni­tas Berkat Yakin (KoBER) Lampung sejak 2002. Menulis resensi buku dan pertunjukan, esei, cer­pen, opini, dan lain-lain. Beberapa karyanya telah dipublikasikan Lampung Post, Tabloid Swara Lampung, Tabloid Reaksi, Bali Post, Jurnal Nasional, Seputar Indonesia, Riau Post dan lain-lain. Buku kumpulan cerpen pertama berjudul “Cerita-cerita dari Rumah Nomor 9”, 2010.

Anton Kurniawan
Anton Kurniawan, lahir di Sinarjaya, Lampung Barat. Pernah bergiat di KSS FKIP Universitas Lampung. Kini guru di SMAN 1 Abung Semuli, Lampung Utara. Karya-karyanya pernah dimuat Lampung Post dan media massa lain. Puisinya “Nyanyian tentang tujuh anak tangga rumah panggung” pernah menjadi juara Krakatau Award 2006.

Ari Pahala Hutabarat
Ari Pahala Hutabarat, lahir di Palembang pada tanggal 24 Agustus. Aktif menulis puisi, prosa dan esei sejak tahun 1993. Menyelesaikan pendidikan terakhir di program Magister  Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Buku terbarunya adalah: Menanam Benih Kata (Tentang Menulis Puisi), Hantu Hujan (Kumpulan Puisi), Akting Menurut Stanislavski (Sebuah Pengantar) bersama ISwadi Pratama, Teater Asyik, Asyik Teater.
Profile di warta seni: http://www.wartaseni.com/2014/01/ari-pahala-hutabarat.html  

Arman AZ
Arman AZ, menulis cerpen, esai, cerita anak, dan travel writing. Karyanya pernah dipublikasi­kan beberapa media massa nasional dan daerah. Sebagai anggota Komite Sastra DKL sejak 2003 hingga sekarang, Buku terbarunya adalah Tentang Menulis Cerita Pendek, Demang Tuuk (Novel) yang masuk 11 besar lomba Novel DKJ 2014.  
Profile di Warta Seni (http://www.wartaseni.com/2015/01/arman-az-prosa-sejarah-lampung-dan-sang.html)

Arya Winanda
Arya Winanda, lahir di Kotabumi, 14 Juli 1980. Tiga kary­anya berupa cerita mini yang diselenggarakan Dewan Kes­enian Lampung, pada tahun 2008. Tahun itu pula ia me­mulai debutnya sebagai penulis sajak. Karya-karya sajaknya terpublikasi di media masa dae-rah dan nasional: Lampung Post, Koran Tempo, dan Kompas. Saat ini menetap di Bandar Lampung. Kumpulan sajaknya diberi judul: Desis Ular, DKL, 2010.

Asaroeddin Amzuch 
Asaroeddin Malik Zulqornain, biasa dipanggil “Zul”, lahir di Jakarta 12 Nopember 1956. Pu­tra pertama dari tujuh saudara, cucu Wan Abdul Rahman (Mantan Anggota KNIP & Konstituante yang namanya kini diabadikan sebagai nama hutan raya di Kawasan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran). Pernah menjadi Bendahara Dewan Kesenian Lampung (1993-1996) dan kini Anggota Badan Pembina Dewan Kesenian Lampung periode 2010-2014. Profile di Warta Seni: http://www.wartaseni.com/2015/01/amzuch-dan-sanggar-cakrawala-ide-anak.html


Asarpin


Asarpin,Pria kelahiran 8 Januari 1975. Karena kerinduannya dengan bahasa Lampung, Asarpin yang memiliki hobi menulis menuangkannya dalam bentuk tulisan. Ia sering menulis berbagai kisah dengan menggunakan bahasa lampung.Buku kumpulan cerbun/cerpennya, Cerita-Cerita jak Bandar Negeri Semuong (2009) meraih Hadiah Sastra Rancage 2010.Sebuah buku kumpulan cerita buntak (pendek) yang berisi tentang kearifan lokal daerah Lampung yang banyak diambil dari sebuah daerah tempat Asarpin dilahirkan.

Dahta Gautama
Dahta Gautama, lahir di Hajimena, 24 Oktober 1974. Menulis sastra sejak 1990. Sejumlah puisi disiarkan di be­berapa media daerah dan nasional. Juga terkumpul dalam beberapa antologi bersama, antaranya: Medan Puisi (2006), Tanah Pilih (2007) Gerimis Dalam Lain Versi (2005), Dian Sas­tro For President (2004), Perjamuan Senja (2005), Seratus Puisi Terbaik Indonesia (2008), Negeri Abal-abal (2013) dll. Buku puisi tunggal yang sudah terbit, berjudul, Ular Kuning (2011/2013) dan Manusia Lain (2013).
profile di warta seni: http://www.wartaseni.com/2015/02/jejak-dahta-gautama.html


Djuhardi Basri
Djuhardi Basri, dilahirkan tahun 1960 di Kotabumi. Karya-karya berupa puisi dan esai pernah dimuat media lokal dan nasional, dan tergabung dalam berbagai antologi, diantaranya: Konstruksi Ruh, Warna-warna Ruh, Potret Pe­nyair, Upacara Kamar, Puisi Indonesia 87, Jejak, Sahayun, Re­fleksi Setengah Abad Indonesia Merdeka, Jung, Dari Bumi Lada, Kayu Aro, Lappung, Konstruksi Jejak, Requiem bagi Rocker, dsb. 
profile di Warta Seni: http://www.wartaseni.com/2015/01/djuhardi-basri-pendidik-yang-juga.html


Sumber:
Buku Kumpulan Sastrawan Lampung: Hilang Silsilah,  DKL, 2012.

0 on: "Database Sastrawan Lampung (Bag 1)"