Senin, 02 Februari 2015

Manusia Primitif

Pai Mei, bukan dosen bahasa
oleh Tim Warta Seni

Pada suatu ketika Robert Koplak bercerita kepada teman-temannya, bahwa  di sebuah kelas yang berisi puluhan mahasiswa, seorang lelaki yang mengaku sebagai dosen terbang, menyampaikan sebuah materi yang maha penting. Maka dengan tertib dan antusias, puluhan mahasiswa bersiap untuk menyimak pelajaran yang hendak di sampaikan dosen yang setengah jam lalu mengaku menunggu mereka. Jadwalnya pelajaran: Menulis 1.

Sejenak hening.  

"Berapa banyak Anda membaca buku dalam sebulan?" tiba-tiba ia bertanya pada mahasiwa paling depan, lalu ke samping, ke belakang, belakang lagi, dan seterusnya.

Dengan bangga, sejumlah mahasiswa menyatakan, 5 buku (sebagian besar komik dan novel), ada juga yang 3 buku, bahkan hanya 1 buku. Sebagian lagi hanya menyebut koran dan majalah sebagai bahan bacaan. Nyaris tidak ada seorang pun yang mengaku tidak membaca dalam sebulan.

Pertanyaan berikutnya:

"Berapa banyak Anda menulis dalam sebulan?"

kembali hening, bahkan mengarah ke senyap..

Hanya sedikit yang menjawab, ada yang bilang baru berupa diari. itu pun hanya sesekali. Dan sangat,amat sedikit dari mereka yang bisa mengabadikan moment hidup sehari-hari, ide dan gagasan dalam bentuk tulisan, apatah lagi sampai menulis sastra. Sisanya lenyap ditelan badai.

Lalu dosen itu bilang:

“Wah, Anda ini termasuk manusia pra sejarah! mausia primitif!”

Mereka terbelalak dan hendak memprotes. Namun, sebelum kelas itu pecah oleh protes puluhan mahasiswa yang merasa modern itu, dosen kita dengan tenang, memberikan isyarat dengan tangannya agar suasana kelas  yang nyaris ricuh itu.

“Ingat! Hanya manusia pra sejarah yang tidak mau menulis dan mengabadikannya dalam sesuatu yang bisa dibaca oleh generasi yang akan datang. Sehingga mereka tidak pernah tercatat dalam sejarah, dianggap tidak ada!"

Semua mahasiswa langsung terdiam, saling pandang, mungkin ada yang malu karena title agen of changenya,

 "Nah, apakah kalian masih yang mau menjadi manusia primitif atau manusia pra-sejarah?"

Seperti anak TK, mereka menjawab koooor:

“TIDAAAAAAAAK….”

"Maka, marilah menulis dan abadikan dalam bentuk apapun yang bisa dibaca oleh generasi mendatang,"

Ada beberapa mahasiswa hendak bertanya, namun dosen meminta semuanya kembali diam.

"Oke, kelas untuk hari ini kita cukupkan, jadi sebelum ada tulisan dari kalian, jangan bilang pada siapapun bahwa kalian mahasiswa, atau manusia beradap ya!"

"Bentuk tulisannya apa pak?" tanya seorang mahasiswa.

"Terserah apa saja, ga ada bentuknya juga gapapa, yang penting bikin tulisan dua halaman A4, time new roman, satu setengah sepasi.... oke sampai jumpa... hahaha....  "

lalu satu telunjuknya bergerak ke arah pintu, pintu terbuka, dan dosen kita keluar, kakinya tak menyentuh ke tanah, dan setelah melewati pintu, ia langsung melesat dan lenyap sambil tertawa. Hahaha...hahaha....  Kelas hening, ada yang mengucek mata, ada yang membuku-mukul kepalanya, ada yang mencubit lengannya.... dan suara tawa dosen iu terus bergema, bahkan hingga esoknya, bahkan hingga haris-hari selanjutnya, minggu-minggu selanjutnya.... dan  salah satu mahasiswa memberitahukan bahwa setiap terdengar suara tawa dosen yang taernyata tak pernah lagi mengajar mereka, daun-daun berjatuhan, bunga yang hampir mekar layu seketika .... 

0 on: "Manusia Primitif"