Rabu, 15 Januari 2014

Menyuarakan Seribu Seni Rupa di Lampung

Lila Ayu Arini dan Irwan Wahyudi


BANDARLAMPUNG, wartaseni.com—Lebih dari seribu warga Lampung tumpah ruah di halaman Gedung Dewan Kesenian Lampung (DKL), di Komplek Pusat Kegiatan Olahraga Way Halim Bandarlampung pada Minggu pagi, 12 Januari 2014 lalu. Mereka menyaksikan sekaligus terlibat dalam gelaran ‘Seribu Seni Rupa’.

Mereka terdiri atas pelajar dan masyarakat umum Mulai anak-anak prasekolah,  pelajar SD, SMP, SMA, mahasiswa hingga ibu-ibu dan berbagai anggota komunitas. Sambil bergembira mereka mengikuti kegiatan kesenian dengan mengangkat kuas, pensil, dan segala atribut yang bisa digunakan sebagai media untuk melakukan kegiatan seni.

Anak-anak prasekolah, TK dan SD dibebaskan untuk menggambar dan mewarnai bentuk dengan nuansa kedaerahan seperti mewarnai gambar Tupping Lampung, dengan menggunakan berbagai media dari pinsil, krayon, cat air hingga cat minyak.

Selain gelaran ‘Seribu Seni Rupa’ di halaman Gedung DKL, ada juga Pameran Seni Rupa yang diadakan di kantor Dewan Kesenian Lampung pada tanggal 11 hingga 15 Januari 2014. Dalam kegiatan tersebut karya mulai dari seni lukis, karikatur hingga drawing, diikuti oleh para perupa pemula dan beberapa perupa yang sudah sering mengikuti pameran rupa.

Harry Djayaningrat  selaku Ketua Harian Dewan Kesenian Lampung berinisiatif membuka kesempatan bagi perupa-perupa pemula untuk berpameran. Harapannya, akan munculkan bibit-bibit perupa muda yang sarat ide, konsep dan tema tentang Seni Rupa yang kelak akan menerus kembangkan iklim seni rupa di Lampung.

“Juga sebagai upaya menggairahkan semangat dalam mencari bentuk rupa baru dari yang sudah ada di Lampung,” kata Harry.

Panitia dari Komite Rupa Dewan Kesenian Lampung berupaya mengubah konsep ‘lomba’ yang selama ini akrab bagi anak-anak digantikan dengan kegiatan ‘melukis bersama’.

“Diharapkan dengan kegiatan semacam ini kegiatan seni akan lebih memasyarakat. Semua peserta bisa sama bergembira dan tidak harus selalu berkompetisi sehingga kelak timbul rasa cinta seni,” kata Dana E. Rahmat, ketua panitia.

Tanpa harus berkompetisi mereka yang tidak ‘mahir’ menggambar dan mewarnai pun bisa tampil dan ikut menyemarakkan kegiatan. Ibu-ibu yang selama ini biasanya hanya mendampingi anak-anak mereka berlomba, kali ini turut serta mengangkat kuas dan pinsil warna. Juga masyarakat awam ikut pula dengan melukis di atas media kaos, kertas, dan lain-lain. Konsep piala dan hadiah bisa digantikan dengan doorprize berupa sepeda Motor sehingga semua peserta mempunyai kesempatan untuk menang.

Beberapa kegiatan pun dilakukan pada Minggu pagi tersebut. Seperti misalnya Perupa-perupa perempuan dan perupa senior Lampung ikut berdemo melukis di berbagai media, kanvas, kantong kertas, tas, drawing. Lalu Komunitas Seni dari Dewan Kesenian Bandar Lampung (DKBL) dan Pasar Seni Enggal menyemarakkan dengan menggelar bazar dan membuat karya bodypainting.

Tak ketinggalan Komunitas Lampung BMX dengan karya muralnya, komunitas musik pun turut serta dan tak lupa penampilan performance art dari performer asal Pringsewu Pi’i yang kembali melakukan perfomance art yang didukung kedua anaknya, ikut menyedot perhatian pengunjung.

Ada pula karya Instalasi dari perupa senior Lampung Ari Susiwa Manangisi, berupa siput besar yang bertengger di atap parkir halaman Dewan Kesenian Lampung.

Ketua Umum Dewan Kesenian Lampung Hj Syafariah Widianti berharap kegiatan semacam itu bisa lebih sering digelar di Lampung. Baik oleh lembaga kesenian maupun komunitas atau kelompok masyarakat pecinta seni.

“Kesenian Lampung sebagai bagian dari kebudayaan dunia bisa terus berkembang dan bisa melebur dengan masyarakat biasa,” kata perempuan yang akrab disapa Atu Ayi itu.

0 on: "Menyuarakan Seribu Seni Rupa di Lampung"