Selasa, 30 Desember 2014

Catatan Festival Monolog DKL 2014

Foto bersama para penampil terbaik dan juri, Festival Monolog 2014

oleh Alexander GB

Di penghujung November 2014, di sela-sela gerimis, diantara hiruk-pikuk  penghuni Graha Kemahasiswaan Unila, yang terus berlalu lalang dan berkata-kata, juga berisik suara AC, di sebuah tempat yang amat sederhana, dengan dukungkan  lampu yang apa adanya,disitulah kami melangsungkan sebuah acara yang bertajuk "Festival Monolog DKL 2014"

Selama tiga hari, 28 - 30 November, di lantai 1 Graha Kemahasiswaan, 14 peserta dari berbagai komunitas secara bergantian unjuk kebolehan dalam berakting dan membangun peristiwa teater.Ada yang membawakan teks Putu Wijaya, Iswadi Pratama, Arifin C Noor, AS Laksana, dan sebagian ada yang memilih memanggungkan naskah sendiri.

Dwi Novita, Isteri Pilihan karya Iswadi Pratama
Beragam respon penonton selama penyelenggaraan. Sesekali penamnpil memancing gelak tawa penonton, ada yang sepanjang-panjang marah-marah, terkadang saya mendapati wajah dewan juri dan penonton menegang. Ada juga pertunjukan yang mengalir, tahu-tahu sudah selesai. Ada yang tampak begitu lama, seolah lebih 2 jam durasinya, padahal panitia hanya menyediakan waktu maksimal 30 menit, yang sesungguhnya juga dipatuhi semua peserta.

Pada Minggu malam (3011), Juri Festival Monolog DKL 2014 akhirnya memutuskan, Erika Bunga RPH, lakon Prita Isteri Kita, karya Arifin C Noor sebagai penampil terbaik I: diikuti Dwi Novita Safitri, lakon Perempuan Pilihan karya Iswadi Pratama sebagai penampil terbaik II keduanya adalah aktor-aktor muda Teater Satu Lampung:. Sementara  penampil terbaik III diraih oleh Anzanis Mardiana dengan lakon Sekaleng Lem dan Burung di Langit karya AS Laksana dari Sanggar Kuntara.


Pada sesi evaluasi, dewan juri tak lupa menyampaikan amatannya. Keduanya menggaris bawahi tentang sejumlah kelemahan para penampil yang beberapa diantaranya disebabkan karena kurangnya menguasai teks dan perangkat keaktoran, kurang disutradari, kurangnya penguasaan teknis pemanggungan, kesalahan dalam memilih naskah, kecenderungan untuk memanggungkan naskah sendiri yang belum teruji, dan lain sebagainya.

Dari 14 peserta, juri mengatakan mayoritas peserta belum mampu menyuguhkan  super objektif  (invention kalau dalam istilah Aristotelles) dari teks atau naskah yang mereka mainkan. Bahkan sebagian tampak baru tahap menghapal. Sehingga belum ada permainannya. Belum terasa asyik dan serunya. Properti dan setting kurang dimaksimalkan, atau beberapa penampil  malah tampak canggung dan tegang selama pementasan. Evaluasi juga menyangkut soal presisi, irama pertunjukan, soal arangement, menggulirkan adegan, jeda, membangun klimask, mengakhiri adegan dan lain sebagainya.

Memang masih banyak catatan, meski begitu juri berharap kegiatan semacam ini bisa secara rutin dilaksanakan sehingga gairah perteateran di Lampung akan semakin membaik dan bisa menjadi motivasi tersendiri bagi pelaku teater, khususnya kalangan pelajar dan mahasiswa. Melalui even semacam ini, setiap penampil akan terus berlatih dan mengasah kemampuannya dalam berakting dan membangun peristiwa teater.  .

Festival Monolog DKL 2014 terselenggara berkat kerjasama Komite Teater DKL dengan UKMBS Unila, Teater Satu Lampung, Teater Jabal, UKM-SBI IAIN Raden Intan Bandar Lampung, Teater SMAN 2 Negeri Katon, Sanggar Kuntara, Teater Kita-Malahayati, UKM-KSS FKIP Unila, DKM Metro, UKMBS Polinela. 









0 on: "Catatan Festival Monolog DKL 2014"