Minggu, 25 Januari 2015

Teater dalam Tiga Dunia


oleh Muhammad Aswar

Bermula dari pengalaman berteater, sebagai aktor dan sutradara di masa remaja, kemudian menjadi bagian dari Bengkel Teater, Radhar memiliki semacam hipotesis-yang perlu mendapatkan pembuktian dalam sebuah eksperimen-bahwa"seorang aktor yang baik adalah seorang manusia yang baik". Lima tahun lebih ia pun melakukan eksperimen itu bersama Teater Kosong. Bagaimana hasil eksperimen itu-yang katanya lebih banyak gagal dari berhasilnya--, bagaimana pula konsep dan praktis "kosong" dia coba ciptakan, dan akhirnya bagaimana "manusia" semestinya berproses menjadi "baik. Itulah yang coba dirangkainya dalam tulisan-tulisan buku ini.

Bagi seorang penonton, teater mungkin hanya sebatas pementasan dalam durasi dan ruang yang telah disediakan. Namun, bagi para aktor, sepertinya pementasan hanyalah satu titik capai sekaligus reflektif dari “peristiwa teater” yang mereka jalankan sepanjang hidup.

Begitulah peristiwa-peristiwa tersebut direkam dalam buku Teater dalam Tiga Dimensi (2012) oleh Radhar Panca Dahana. Ia hadir dari 40 panggung pementasan, 35 tahun lamanya. Sebagai pijakan reflektif dari satu panggung, sekaligus titik tolak menuju panggung berikutnya; antara peristiwa teater di atas panggung dan teater yang ia jalankan selama hidunya, dari bangun sampai tidur lagi.

Maka, buku tersebut tidak hanya mempermasalahkan panggung, linghting, keaktoran, serta hal-hal sekejap dalam pementasan. Di samping dunia praktek di atas panggung, ada pula yang perlu diperhatikan bagi setiap aktor dan pelaku teater. Radhar, dalam buku tersebut membaginya ke dalam tiga ranah, yang ia sebut “tiga dunia” di dalam teater. Ketiga dunia itu merupakan satu disiplin yang diharapkan dapat merangsang pekerja teater lain untuk memulainya juga. Setiap dunia , jika dilakukan dengan intens, pasti akan memberikan kontribusi yang tidak kecil.

Dunia pertama adalah gagasan perjalanan teater setengah abad ini. Ada banyak inovasi yang kadang membawa hal-hal positif. Namun, di satu sisi, hal-hal inovatif tersebut malah menjadi bukti kemunduran teater Indonesia.

Dunia kedua merupakan dunia amatan. Dunia tersebut dibangun dari cita-cita yang luhur, bahwa berteater adalah usaha untuk menjadi manusia. Mengutip kalimat Jacques Copeau, “Teater (drama atau komedi) dapat memberi Anda kepekaan yang lebih kuat dan cinta yang lebih murni untuk (lebih) memanusiakan Anda.”

Dunia ketiga adalah kritik. Dunia tersebut merupakan dunia yang dibangun dari realitas-realitas ekonomi dan politik yang berimplikasi pada dunia teater. Masalahnya, seberapa kuatkah para pekerja teater merespon serta memberikan tawaran-tawaran baru bagi realitas tersebut.

Semua itu adalah respon Radhar Panca Dahana terhadap dunia teater yang digelutinya selama 35 tahun. Bangat jelas, bahwa teater bukanlah kehidupan yang mandiri dengan lampu nyala-redup, realisme dan gagasan-gagasan lainnya; teater bukan hanya di atas panggung. Sebab, jika demikian, para pelaku teater tidak ubahnya penonton bagi dirinya sendiri.

Teater, dan para pelakunya, adalah bagian tak terpisahkan dari dunia yang sedang berjalan. Ia ada dan mengada di dalamnya, dengan keluhuran dan kesadaran yang diterima dan disampaikan sekaligus.

Keterangan Buku:
Judul Buku : Teater Dalam Tiga Dunia
Penulis : Radhar Panca Dahana
302 halaman + vi, 210 x 140 mm
ISBN: 978-602-96600-5-0
Diterbitkan oleh:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Kebudayaan
2012

sumber:
http://jogjareview.net

0 on: "Teater dalam Tiga Dunia"