Minggu, 04 Januari 2015

Teater Kuman dan Lembaga Deklamasi Lampung




Edi Samudra Kertagama Pendiri Teater Kuman dan Lembaga Deklamasi Lampung

Teater Kuman

Teater Kuman berdiri pada 12 Agustus 1980 oleh Edy Samudra Kertagama, sastrawan yang sekaligus pula ketua di Teater Kuman. Edy merasa perlu adanya wadah yang bisa mengampung potensi dan kreativitas remaja terhadap dunia teater saat itu, mempunyai misi untuk menyosialisasikan dan memasyarakatkan seni pertunjukan teater modern. 


Edy Samudra Kertagama, sebagai pencetus lahirnya teater ini, dikukuhkan menjadi ketua. Sejalannya waktu, teater Kuman tidak hanya memproduksi pementasan drama, melainkan bidang pembacaan puisi, pementasan musikalisasi puisi, diskusi sastra, latihan (teater dan musikalisasi puisi) untuk para pelajar dan kegiatan bedah naskah karya sastra. 

Di awal berdirinya pada tahun 1980 Teater Kuman, pertama kalinya mementaskan karya William Shakespeare yang berjudul Oedipus, dilakukan di dua kota besar yaitu Jakarta dan Bandung. Hingga tahun ke tahun pementasan yang dilakukan oleh Teater Kuman makin beragam; Dari tahun 1981 hingga tahun 2001, teater Kuman sedikitnya telah mementaskan drama kurang lebih 30 pementasan yang dilakukan di Lampung dan di kota-kota besar di Indonesia. 

Pada tahun 1981, sekurang-kurangnya empat karya pernah dipentaskan oleh Teater Kuman; karya Alfred Hitchcock yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Satu Lawan Sebelas yang dipentaskan sebanyak dua kali; Embun-embun Putih karya Nur Sutan Iskandar; Juminah Juminten dan Peti Mati karya Agnes Yani Sarjono; Drama Topeng karya Emha Ainun Najib; Sekelumit Nyanyian Sunda karya Mas Her; Pinangan karya Anton Pavlovich Chekov dipentaskan pada tahun 1982 di GOR Saburai; Polisi karya Slavomir Mrozek dipentaskan di Serang, Banten; karya-karya seperti Ina karya Sembrani, Cleoparta, Khubaib bin Adi, Berbiak dalam Asbak, Reuni Orang-orang, Tulang Belulang putih-putih karya Edy Samudra Kertagama; Hanya Satu Kali karya John Galsworthy dan Robert Middlemans yang disadur oleh Sitor Sitomorang; Di Balik Sinar Suram karya Marx Carvehl; Bui karya Akhadiat; Orang-orang Malam karya Putu Wijaya; Gempa, Bapak, Domba-domba Revolusi dan Silang Saling karya B. Soelarto; Nyanyian Angsa karya Anton Pavlovich Chekov; Arena Orang Bingung, Gelombang Dunia karya Edy Samudra Kertagama; Rumah Kertas karya N. Riantiarno, Petang di Taman karya Iwan Simatupang; Antigone karya Sophocles, Sang Aktor karya Noor W., Aa ii uu karya Arifin C. Noer; Orang Kaya Baru karya Molliere, dan Monolog Sel karya Edy Samudra Kertagama.

Pada acara Bulan Pentas Teater yang diadakan oleh Komite Teater Dewan Kesenian Lampung, Teater Kuman membawakan lakon Sandiwara Re yang merupakan potret kehidupan dan peristiwa-peristiwa di tanah air. Sandiwara Re pada intinya mempertanyakan keadaan negeri ini yang carut-marut, seperti tragedi Mei berdarah pada tahun 1998.

Prestasi terbaik yang pernah diraih oleh Teater Kuman adalah menghantarkan Edy Samudra Kertagama sebagai sutradara terbaik (juara harapan) dalam festival teater tahun 1987.


Edi Sanudra, Pada Malam Mengingat Sitor Situmorang
 Lembaga Deklamasi Lampung
Lembaga Deklamasi Lampung (LDL) didirikan atas dasar kepedulian perkembangan sastra di Lampung. Lembaga ini didirikan oleh beberapa seniman Lampung, di antaranya Edy Samudra Kertagama. Lembaga yang didirikan tanggal 12 Agustus 1990 ini mempunyai empat tujuan utama, yaitu meningkatkan dan menciptakan apresiasi perkembangan kesusastraan Indonesia, memberikan sumbangsih kepada pemerintah daerah Lampung terhadap perkembangan kesusastraan Indonesia, menciptakan iklim yang kondusif di kalangan pelajar, mahasiswa, masyarakat luas, serta memberikan penghargaan terhadap upaya-upaya yang telah diberikan para sastrawan Lampung dalam keikutsertaan mengembangkan kesusastraan Indonesia.

Sejak berdiri, lembaga yang beranggotakan berbagai lapisan masyarakat, seperti seniman, pelajar, mahasiswa, pedagang, dan Pegawai Negeri Sipil, banyak melakukan kegiatan yang berhubungan dengan sastra. Tahun 1991, LDL menyelenggarakan Lomba Baca Puisi Se-Sumbagsel. Tahun 1992, LDL mengirimkan utusan (anggotanya) untuk mengikuti Lomba Baca Puisi Nusantara I di Jakarta. Lembaga ini secara berkesinambungan melakukan pembinaan sastra terhadap siswa SMU di Lampung. Selain itu, LDL juga sering melakukan kegiatan pembacaan puisi. 

ESK, Pada event silaturahmi dan Panggung Sastra Lampung, 2012

0 on: "Teater Kuman dan Lembaga Deklamasi Lampung"