![]() |
Teater Garasi/Garasi Performance Institute dan Wati Gandarum mempersembahkan Pentas teater-tari kolaborasi Indonesia-Jepang |
TO BELONG/SUWUNG
Sebuah penghormatan untuk Slamet Gundono
JAKARTA, 16-17 Desember 2014 pukul 20.00
GoetheHaus, Goethe Institute Jakarta
SOLO, 20 Desember 2014 pukul 20.00
Teater Besar, Institut Seni Indonesia Surakarta
Diskusi
“Slamet Gundono dan Pergaulan Seni Lintas Disiplin Lintas Bangsa”
Wisma Seni Taman Budaya Surakarta 21 Desember
Pukul 15.00 – 18.00 WIB
Koreografer, Sutradara: Akiko Kitamura
Dramaturg, Sutradara: Yudi Ahmad Tajudin
Penampil: Endah Laras, Rianto, Kana Ote, Yuki Nishiyama, Llon Kawai, Luluk Ari
Pengarah video: Akihiko Kaneko
Dramaturg & Produksi video: Saki Yamada
Pengarah musik: Yasuhiro Morinaga (menampilkan lagu-lagu Ki Slamet Gundono, Mohammad Marjuki a.k.a Kill the DJ, Endah Laras)
Tentang Karya
“To Belong/Suwung” bertolak dari dan berisi banyak pertanyaan. Berawal dari pertanyaan-pertanyaan yang kami miliki ketika melintasi samudera lalu banyak bercakap dengan “liyan”. Beragam ekspresi tubuh, tari kontemporer, tari tradisional, seni bela diri dan memori-memori tubuh dari masing-masing penari kemudian berbaur, hingga kami lalu paham bahwa menari adalah juga perihal “merasakan” dan melampaui sesuatu melalui proses dialog. Melalui pertemuan dengan liyan, komunikasi kami lalu menciptakan semacam medan magnetik dari gerakan-gerakan yang mencekam, yang bisa jadi merupakan salah satu fenomena dari pengalaman melampaui diri sendiri.
“Suwung” adalah istilah dalam Bahasa Jawa yang mengandung makna “merasakan kehadiran sesuatu meskipun tak nampak/tak kasat mata”. Melalui karya ini Akiko mencoba meraih sesuatu yang tak nampak, yang melampaui kesadaran dan ketampakan, demi mencari sebuah dialog. Selama proses, dia mempelajari konsep baru tentang waktu yang bertumpuk, berulang dan dihidupkan kembali. Ia juga mencoba berdialog dengan masa lalu dan yang telah tiada untuk memulai perjalanan panjang demi menemukan jalan baru untuk terlibat dengan liyan.
Akiko Kitamura telah menjadi salah satu yang terdepan dalam dunia tari kontemporer Jepang dengan terus menerus membuat tantangan baru. “To Belong/Suwung” adalah seri keempat dari proyek kolaborasinya dalam upaya menyelaraskan konsep-konsep (tari, waktu, spiritualitas dan visibilitas) Jepang dan Indonesia. Kitamura telah menginvestigasi batas-batas untuk berupaya “melampaui” tari melalui pembacaannya atas filosofi timur tentang siklus kehidupan dan energi di dalamnya. Menggunakan disiplin seni bela diri Jepang dan Indonesia, ia mengamati ihwal ‘aksi’ dan ‘reaksi’ yang timbul dari gerakan tubuh yang dinamis, serta perihal ‘energi’ melalui gerakan.
Selain itu, khasanah tari tradisional dari dua kebudayaan itu juga membuka percakapan spiritual dengan “yang tak nampak”. Konsep–konsep tematik ini ia jelajahi melalui medium tubuh, dan di dalam ruang yang dirancang secara khusus.
Musik yang digarap oleh Yasuhiro Morinaga menggabungkan beragam rekaman lapangan (fieldwork recordings) termasuk merekam suara Slamet Gundono, lagu-lagu Endah Laras, dan musik hip-hop Mohamad Marzuki, dengan lebih dari 100 track rekaman lain yang ia ambil dari berbagai sumber. Seni visual (video) menambah dimensi lain pada pertunjukan. Menggunakan imaji-imaji grafis dan animasi, imaji-imaji itu seperti menciptakan ulang konsep ‘perjalanan dari satu tempat ke tempat lain’ yang juga digambarkan oleh gerakan tubuh para penari.
To Belong/Suwung dan Slamet Gundono
Sejak tahun 2011, Akiko Kitamura, salah satu koreografer ternama Jepang, memulai sebuah proyek kolaborasi tari kontemporer Jepang-Indonesia. Setelah melanglang buana dengan karya-karya tarinya (seperti “Finks” dan “Ghostly Round”, untuk menyebut beberapa karya tarinya yang telah dipentaskan di lebih dari 40 negara di Eropa, Amerika dan Asia), ia ingin mencari dan menemukan ‘tubuh’ Asia dalam tari kontemporer. Keinginan yang mengantarkannya pada hasrat untuk berdialog dengan yang ‘asing’ dan yang ‘tak tampak’ (invisible). Ia pun lalu pergi ke Indonesia, empat tahun lalu, untuk memulai riset proyek kolaborasi internasional ini.
Di Indonesia ia bertemu dengan beberapa seniman ternama. Salah satu yang terpenting adalah pertemuannya dengan Ki Slamet Gundono. Dari pertemuan dan diskusinya dengan dalang muda yang dianggap istimewa ini, karena dengan bermodalkan basis tradisi yang kuat ia banyak bereksperimentasi yang membawa wayang pada pergaulan lintas disiplin, Akiko menyusun fondasi dasar proyek kolaborasi yang kemudian ia beri judul “To Belong”.
Karya tari kolaborasi Indonesia-Jepang yang kemudian tercipta ini terus ia jelajahi dan tekuni. Pada tahun 2013 awal ia mengundang beberapa seniman muda Indonesia ternama, seperti Yudi Ahmad Tajudin (direktur artistik Teater Garasi, penerima Prince Claus Award 2013 dan Anugerah Seni tahun 2014 dari pemerintah Indonesia), yang ia minta berkolaborasi sebagai co-director dan dramaturg, Mohamad Marzuki, a.k.a Kill the DJ (seniman yang berhasil mendialogkan musik hip-hop dengan tradisi Jawa dan telah tur di Amerika) serta Endah Laras (penyanyi serba bisa dengan basis tradisi yang kuat), yang berkolaborasi dengan Yasuhiro Morinaga (seniman suara ternama Jepang) dalam penciptaan musik dan lagu untuk To Belong versi baru: “To Belong/Suwung.”
Kehadiran seniman-seniman muda Indonesia ini membuat “To Belong/Suwung” berkembang menjadi karya yang semakin matang dan telah dipentaskan di Nagano-Jepang (November 2013), Singapura (Maret 2014) dan terakhir di festival tari internasional “Dance New Air” di Tokyo-Jepang (Oktober 2014), dan mendapatkan sambutan yang hangat dari penonton dan kritikus tari internasional. Di samping itu, 3 penari dari Solo, yang termasuk jajaran penari terbaik Indonesia saat ini (Danang Pamungkas, Luluk Ari dan Rianto Dewandaru) yang berkolaborasi dengan 3 penari terbaik Jepang (Kana Ote, Llon Kawai dan Yuki Nishimura), membuat “To Belong/Suwung” dideskripsikan oleh kritikus tari di Jepang sebegai karya yang berhasil “meredefinisi ‘tubuh-asia’ pada generasi baru penari di Asia”.
Meskipun demikian, pemikiran dan lagu-lagu yang diciptakan Ki Slamet Gundono untuk proyek ini tetap menjadi salah satu dasar yang penting dan tak tergantikan. Dan dengan sedih proyek kolaborasi ini, di samping komunitas seni pertunjukan Indonesia, mengalami kehilangan yang sangat besar ketika dalang muda yang istimewa ini wafat di awal tahun 2013.
Menyadari bahwa sebagai sebuah karya kolaborasi ”To Belong” berhutang besar pada Slamet Gundono, Akiko Kitamura dan seluruh seniman Indonesia-Jepang yang terlibat merasa penting untuk mementaskan “To Belong” di Indonesia, sebagai persembahan (tribute) bagi seniman yang tak hanya penting untuk seni pertunjukan Indonesia tetapi juga dunia ini. Kontribusi Ki Slamet Gundono sangat besar dalam karya ini dan merupakan keterlibatannya yang terakhir dengan dunia seni pertunjukan internasional. Dalam karya ini lagu terakhir yang diciptakan Ki Slamet Gundono sebelum wafat menjadi bagian yang sangat penting, dan belum pernah diperdengarkan di Indonesia. Karena itu, ide mementaskan “To Belong/Suwung” sebagai tribute pada almarhum atas seluruh sumbangannya bagi dunia seni di Indonesia maupun Internasional, kami rasa sebagai sebuah ide yang penting untuk diwujudkan.
Pertunjukan ini disponsori oleh Arts Council Tokyo dan Djarum Foundation serta didukung oleh Goethe-Institute, Yayasan Taut Seni, Kementrian Pariwisata & Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Institute Seni Indonesia Surakarta, Taman Budaya Jawa Tengah dan Koalisi Seni Indonesia.
sumber: http://teatergarasi.org
0 on: "Pentas teater-tari kolaborasi Indonesia-Jepang"