Italo Calvino |
oleh Tim Fiksi Lotus
Italo Calvino adalah jurnalis dan penulis asal Italia yang karyanya paling banyak diterjemahkan di seluruh dunia. Novel dan cerita pendeknya telah membuka batasan-batasan baru dalam teknik bercerita, seperti yang bisa ditemukan dalam karya-karyanya yang berjudul Cosmicomics, Invisible Cities dan If on a Winter’s Night a Traveler. Ia juga sering dielu-elukan sebagai calon pemenang Penghargaan Nobel Sastra semasa hidupnya. Ia meninggal pada tahun 1985.
Berikut ini adalah penggalan wawancara yang pernah diterbitkan The Paris Review.
KEBIASAAN MENULIS
Saya biasa menulis dengan tangan, dan banyak sekali koreksi yang harus saya lakukan pada tulisan saya. Bisa dibilang saya lebih banyak mencoret daripada menulis. Saat bicara, saya harus mencari kata yang tepat untuk berkomunikasi; hal yang sama saya lakukan saat saya menulis. Dari situ saya akan menambahkan kata-kata lain, atau memberikan penjelasan terhadap apa yang sudah saya tuliskan, dan semua itu saya bubuhkan dalam bentuk tulisan yang sangat kecil. Ada saat di mana saya bahkan tidak bisa membaca tulisan saya sendiri, maka saya harus menggunakan kaca pembesar untuk mengetahui apa yang sudah saya tuliskan. Halaman manuskrip saya selalu dipenuhi oleh garis-garis pembatalan kalimat atau kalimat revisi. Dulu, saya biasa melakukan revisi dengan cara menulis ulang setiap draf (dengan tangan). Sekarang, begitu draf pertama selesai ditulis dengan tangan, saya akan mulai mengetiknya, mencerna tulisan itu sambil menuangkannya ke dalam format yang berbeda. Begitu saya membaca ulang tulisan yang telah diketik, biasa hasilnya jauh berbeda dengan draf pertama — hingga harus saya revisi terus. Lalu saya melakukan sejumlah pembetulan. Pada setiap halaman, saya berusaha untuk melakukan pembetulan dengan mesin tik; lalu ada juga yang saya betulkan dengan tulisan tangan. Terkadang halaman yang telah diketik dan dibubuhi koreksi itu tak lagi terbaca hingga harus saya ketik ulang. Saya iri terhadap para penulis yang bisa menulis tanpa harus melakukan koreksi.
WAKTU MENULIS
Pada teorinya, saya ingin menulis sepanjang hari. Namun di pagi hari saya pasti mencari-cari alasan untuk menghindari pekerjaan saya: saya keluar rumah, belanja, membeli surat kabar. Biasanya, saya pasti menghabiskan pagi saya untuk hal-hal di luar menulis; lalu saya baru mulai menulis di sore hari. Saya adalah penulis yang biasa bekerja di siang hari, tetapi karena saya selalu membuang waktu saya di pagi hari, saya kini berubah jadi penulis sore hari. Saya bisa saja menulis di malam hari, tapi itu artinya saya harus mengorbankan waktu tidur saya. Dan saya berusaha menghindari itu.
IDE & STRUKTUR
Saya selalu membawa buku catatan dan kerangka cerita kemana pun saya pergi. Selama sepuluh tahun terakhir, saya terobsesi dengan pembuatan kerangka cerita. Bagi saya, cerita yang utuh harus dibangun dengan struktur yang ketat. Contohnya, ketika saya menulis Invisible Cities, saya hanya punya ide kasar tentang bingkai dan struktur cerita yang ingin saya hasilkan. Dan sedikit demi sedikit, desain cerita jadi begitu penting bagi kelangsungan cerita itu sendiri; hingga desain tersebut mengambil posisi sebagai alur cerita dalam sebuah cerita yang pada dasarnya tak punya alur. Di masa itu, saya sangat terobsesi pada struktur. Rasanya saya sudah mau gila memikirkan struktur. Dalam buku If on a Winter’s Night a Traveler, cerita itu tak mungkin ada tanpa struktur yang sangat teliti dan tajam. Saya puas karena saya cukup yakin bahwa saya telah berhasil menerapkan struktur tersebut. Tentu saja, semua usaha saya tidak perlu menjadi perhatian pembaca. Yang terpenting adalah pembaca dapat menikmati karya saya, terlepas dari jerih-payah saya sendiri dalam proses menghasilkan karya tersebut.
TULISAN SEBAGAI MEDIUM PENCERMINAN DIRI
Penulis hanya bisa menuliskan apa yang ada dalam dirinya. Menulis adalah fungsi yang hanya efektif apabila si penulis sanggup mengekspresikan apa yang ada di dalam dirinya. Tentunya seorang penulis selalu merasa ekspresinya dibatasi oleh beberapa hal — seperti jumlah baris kalimat dalam puisi atau peraturan dasar dalam membangun tragedi klasik. Semua itu adalah bagian dari struktur kepenulisan. Dan di dalam struktur itu, si penulis harus bisa mencurahkan segala kegelisahannya. Namun masih ada juga batasan-batasan lain, seperti agama, kode etik, filosofi, dan kewajiban politik. Hal-hal ini tidak bisa dituangkan begitu saja ke dalam tulisan. Si penulis harus mengolahnya dulu, menyaring semua elemen-elemen tersebut — dan bila ia berhasil memproses semua itu dalam dirinya, maka ia bisa mengangkat hal-hal tersebut ke dalam tulisannya tanpa mendiktekan pandangannya kepada pembaca.
MENANTANG DIRI SENDIRI
Di masa kecil, saya sering merasa bosan. Tapi kebosanan di masa kecil adalah kebosanan yang berbeda. Kebosanan di masa kecil adalah kebosanan yang sarat akan mimpi, yang membawa saya ke tempat lain, ke realita berbeda. Di masa dewasa, kebosanan adalah hal yang terus berulang, kelangsungan hidup di mana kita tak lagi mengharapkan kejutan. Seandainya saya bisa merasakan kebosanan seperti di masa kecil dulu! Saat ini, yang saya takutkan adalah mengulang karya yang sama dalam karier kepenulisan saya. Itu sebabnya saya selalu menantang diri saya untuk menghasilkan karya yang berbeda. Saya menantang diri saya untuk menghasilkan karya yang unik, dan terkadang berada di luar kemampuan saya sendiri. FL
2014 © Hak cipta. Fiksi Lotus, The Paris Review dan Italo Calvino. Tidak untuk dijual, digandakan ataupun ditukar.
Sumber: fiksilotus.com
0 on: "PROSES KREATIF ITALO CALVINO"