Bambang Eka Wijaya*
Rendra pernah menyatakan seniman berumah di atas angin. Dan DKL--Dewan Kesenian Lampung--merupakan realitas sebuah rumah di atas angin bagi para seniman di daerahnya! Sebuah rumah di mana penghuninya saat hujan kehujanan dan saat panas kepanasan, bukan sebuah tempat tinggal dan berkreasi yang nyaman!
Memang, seniman tak memimpikan istana, bukan pula bungalow yang nikmat sekadar disinggahi sesekali. Seniman hanya membutuhkan tempat di mana ia bisa berkonsentrasi memusatkan energi intuitifnya secara maksimal. Itulah yang sejauh ini belum bisa diwujudkan oleh DKL!
Sebenarnya bukan hanya DKL. Nyaris tak melebihi dari bilangan jari tangan dewan kesenian di negeri ini yang telah mampu menciptakan kondisi ideal itu. Tapi bukan tak berarti DKL tak harus berpikir ke arah sana. Meski diakui,, ideal itu tak sederhana dan tak mudah diwujudkan.
Sebagai contoh bandingan DKJ--Dewan Kesenian Jakarta--yang sejak awal didirikan berorientasi menuju ke sana. Diskursus pertama untuk itu adalah hadirnya maecenas--penyantun--yang tidak pamrih, baik dalam bentuk badan, lembaga, ataupun orang! Setelah maecenas menyiapkan rumah seperti itu dalam arti secara kondisional mendukung baik lahir maupun batin bagi seniman berkreasi, yang harus dicari adalah 'pengurus rumah' yang berwawasan memadai, berdedikasi pada kesenian, dan cukup kreatif mengantisipasi perkembangan dunia kesenian, kehidupan seniman dan berkesenian!
DKJ beruntung karena pada suatu kurun muncul Ali Sadikin, seorang gubernur yang menjadikan pemerintah daerah khusus ibu kota yang dia pimpin menjadi maecenas. Lebih beruntung lagi, di lingkungan DKJ tersedia banyak tokoh yang mumpuni untuk dijadikan 'pengurus rumah' agar lebih nyaman buat para seniman mengaktualkan diri lewat kreativitasnya!
Diakui, sangatlah tidak adil membandingkan DKL dengan DKJ dari sisi mana pun. Perbandingan langit dengan bumi! Tapi perlu diingat, sebelum mengangkasa, DKJ juga berangkat dari bumi! Jadi, prasyarat sama juga diperlukan DKL untuk bisa take off--pesawatnya laik terbang dan cukup bahan bakar, ada pilot yang bisa menerbangkan pesawat, dan ada landasan yang cukup panjang buat lepas landas!
Tepatnya, DKL perlu membuat kalkulasi ulang atau meredesain secara komprehensif semua unsur dan komponen untuk mewujudkan sebuah rumah yang lebih nyaman dan kian mendekati idealnya bagi para seniman Lampung berkreasi. Bukan berarti kreativitas seniman Lampung selama ini tidak unggul! Keunggulannya bahkan ada yang bisa dibanggakan. Tapi juga harus tetap diakui, keunggulan yang dicapai lebih sebagai prestasi personal atau kelompok secara mandiri, sedang dukungan DKL baru sebatas formalitas. Ke depan diharapkan, dukungan DKL lebih maksimal dan organized dengan proses kreatif, hingga prestasi yang dicapai bisa lebih baik dan lebih tinggi lagi.
Selamat ulang tahun DKL, selamat berkreasi lebih unggul seniman Lampung! ***
Sabtu, 18 Januari 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 on: "DKL, Rumah di Atas Angin!"