![]() |
Teater Sakata di Pertambangan Kapur Bukit Tui, persiapan PPS IV, 2015 |
PPS IV: Dapur Kita
Panggung Publik Sumatera (PPS), adalah satu event teater bergensi di Sumatera dan Nasional. Sejak dilaksanakannya PPS I (26-27 Maret tahun 2012), publiK Sumatera Barat terutama masyarakat Padangpanjang dan sekitarnya dapat menyaksikan pentas seni di ruang-ruang public, seperti: Pertambangan kapur bukit Tui, Stasiun Kereta Api, Los Pasar Sayur, Kawasan Jalan raya , Terminal Bukit surungan, Taman Mini, Minang Village, halaman balai kota Padangpanjang, RM Pak Datuk dan sebagainya.
Dan sekarang PPS telah menginjak tahunnya yang ke IV. Menurut Tya Styawati (Teater Sakata) kegiatan ini merupakan rumusan kegelisahan seniman/penggiat seni di kota Padangpanjang terhadap minimnya minat masyarakat menyaksikan pentas-pentas seni tradisi maupun modern di gedung-gedung pertunjukan. Atas dasar tersebut, maka kami berinisiatif untuk menjemput bola, turun ke masyarakat memberikan suguhan berbagai pertunjukan seni; Teater, Musik, Tari tradisi maupun modern, performing art, pantomime dan sebagainya.
Disamping pentas outdoor, Panggung Publik Sumatera juga rutin mengadakan Workshop, diskusi para pengkarya dan Sarasehan budaya dan diskusi dengan menghadirkan para pakar budaya dan pembicara yang sudah teruji dedikasinya. Tercatat; Halim HD (Budayawan-Solo), Harris P Bah (Penggiat Teater-Jakarta) Yusrizal KW (Budayawan-Padang)) Thompson HS (Penggiat Opera Batak-Medan) Silvester Petara Hurit (Kritikus seni-NTT) Tya Setiawati (Sutradara Perempuan-Padangpanjang).
Gayung bersambut, masyarakat antusias terhadap even budaya ini, maka teater Sakata bekerjasama dengan dinas PORBUDPAR kota Padangpanjang, berupaya merancang kembali perhelatan budaya di Sumatera ini, dengan jangkauan yang lebih luas, mengundang lebih banyak komunitas seni dan pembicara dari berbagai daerah; Riau, Medan, Aceh, Jambi, Bandung, Lampung, Yogyakarta dan Jakarta.
Kegiatan ini merupakan bentuk optimisme kami: bahwa Padang Panjang mampu menjadi salah satu pusat kegiatan seni di Sumatera, dengan membangun jaringan kebudayaan yang intensif, upaya pembangunan karakter masyarakat kota Padang Panjang yang berbudaya kreatif, dinamis dan optimis segera tercapai. Adapun Tema kegiatan Panggung Publik Sumatera (PPS IV) adalah DAPUR KITA, memaknai ‘dapur’ dari berbagai sudut. Baik dari perspektiv dapur- domestic atau dapur-Sosio Kultur. Dengan mengolah ISU di dapurnya masing-masing, mengusung nilai-nilai didalamnya sesuai dengan budaya yang melingkunginya serta menumbuhkan kepekaan dan kepedulian tinggi terhadap persoalan-persoalan sekitar , diharapkan karya seni yang hadir ditengah-tengah publik luas akan mewujud menjadi sebuah ‘peristiwa bersama’.
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada tanggal 27-29 Maret 2015, bertepatan dengan perayaan hari Teater Sedunia. Insyaallah, pada PPS IV ini akan hadir berbagai komunitas, diantaranya; Bengkel MIME Theater (Yogyakarta),Yusef Muldiana (Bandung),Teater Selembayung (Pekanbaru,Riau) , Rumah Karya Indonesia (Sumatera Utara), Komunitas Aceh (Aceh), Teater Air (Jambi),Randai ABG Maimbau (Pariaman, Sumatera Barat), Katatari (Padangpanjang, Sumatera Barat), Sarueh Open Space (Padang Panjang, Sumatera Barat), Teater Sakata (Padang Panjang, Sumatera Barat) dan Ranah Teater (Padang, Sumatera Barat). Sedangkan Pembicara yang direncanakan hadir adalah: Madin Tyasawan (DKJ, Jakarta) Gunawan Maryanto (Teater Garasi, Yogyakarta) Edi Utama ( Budayawan, Sumatera Barat), Putu Fajar Arcana (Wartawan Budaya, KOMPAS) dan mengundang pengamat Ratu Selvi Agnesia (Penulis budaya, Jakarta) Nazrul Anwar (Kritikus Seni, Sumatera Barat) dan Silvester Petara Hurit (Pengamat seni pertunjukan, NTT).
Bermula Menjamu Penonton di Ruang Publik
Panggung Publik Sumatera (PPS) bermula dari pertemuan sesama pegiat teater yang dilakukan di Sekretariat Teater Sakata. Pertemuan ini dihadiri Komunitas Seni Hitam Putih, Komunitas Seni Kuflet, Teater Plong, Sembilan Ruang, Kelompok Pematang, Katatari, Batahimimetheatre dan Teater Sakata sebagai tuan rumah, serta lainnya. Disepakati, Panggung Publik Sumatera digelar pada 2012 dengan mengangkat tema “Menjamu Penonton di Ruang Publik”. Penyelenggaraan PPS I disamakan dengan momentum peringatan “Hari Teater Dunia” yang jatuh pada 27 Maret.
Lalu event ini berlanjut, PPS II kembali digelar pada tahun 2013. Konsep pertunjukan masih mempertahankan pentas out door di ruang-ruang publik karena harapan dari PPS sendiri memang mendekatkan seni pada publik. Maka, pertunjukan di tengah masyarakat menjadi poin penting yang terus dipertahankan. PPS II mengusung tema: “Semangat Baru Teater Muda Indonesia”.
PPS III yang jatuh pada bulan maret tahun 2014 menggarap tema: “Padang Panjang Panggung Seni Sumatera”. Sejak PPS III , Pemerintah Kota Padangpanjang, menyambut dan mendukung agar event ini sebagai salah satu agenda tahunan.
PPS III yang jatuh pada bulan maret tahun 2014 menggarap tema: “Padang Panjang Panggung Seni Sumatera”. Sejak PPS III , Pemerintah Kota Padangpanjang, menyambut dan mendukung agar event ini sebagai salah satu agenda tahunan.
“Panggung Publik Sumatera mendapat perhatian dari Pemerintah Kota Padangpanjang, dan tentu kita sambut positif. Untuk memajukan kebudayaan, tak bisa dilakukan sendiri-sendiri. Sinergitas sangat dibutuhkan antara pemerintah, seniman/budayawan, dan masyarakat. Jika tigak hal ini berjalan dengan baik, maka harapan menjadikan Padangpanjang sebagai panggung seni pertunjukan di Sumatera, akan terealisasi,” kata Enrico, inisiator PPS.
Membaca Keterlibatan Publik
Mengutip penjelasan Enrico Alamo tujuan dari PPS antara lain adalah: (1) menguatkan daya apresiasi masyarakat Padang Panjang khususnya pada berbagai genre seni baik pertunjukan maupun wawasan budaya; (2) mengajak masyarakat untuk bersama-sama mengolah kreativitas seni sebagai bentuk kecintaan terhadap budaya sendiri sehingga peradaban kota menjadi lebih baik; dan (3) menjadikan Padangpanjang sebagai ‘panggung’ seni pertunjukan di Sumatera.
Ketika seni (pertunjukan) dipersepsikan “telah jauh” kehidupan sosial masyarakat, sehingga mendesak menciptakan sebuah peristiwa budaya (seni) yang diberi nama panggung publik dengan regionalitas “Sumatera”, maka saat itulah sesungguhnya publik-sosial menjadi keniscayaan dilibatkan secara maksimal, baik itu proses berkeseniannya maupun penyelenggaraan hadirnya peristiwa budaya itu. Publik, warga, ataupun masyarakat menjadi subjek penting dalam ruang dan waktu seperti batasan di atas.
Penyelenggaraan PPS, adalah sebentuk upaya, alternatif yang bisa ditempuh pelaku seni (teater) dalam memperpendek jarak dengan publik, bukan hanya memindahkan ruang (panggung) seni yang selama ini eksklusif ke tengah masyarakat, yang bisa saja itu ruang pasar, taman kota, rumah makan, space parkir, dan lain sebagainya.
Pada dasarnya apa yang dikonsepkan Panggung Publik Sumatera ini cukup menarik dan potensi untuk dikembangkan dan sangat terbuka serta isu-isu yang diusung pun variatif, relevan dengan permasalahan kekinian.
Sumber:
http://www.mantagibaru.com/2014/04/catatan-panggung-publik-sumatera-iii.html
0 on: "Panggung Publik Sumatera 2015, Panggung Untuk Rakyat"